Anak pertama tetaplah anak pertama
Mau laki-laki atau perempuan
Masih kecil atau sudah tua
Siap atau tidak siap
Kau tetaplah anak pertama, dan selamanya anak pertama
Tak ada yang menggantikan dan tergantikan
Kau yang pertama merasakan cinta
Dan kau yang pertama harus berbagi cinta dengan yang lainnya
Kau makhluk kecil yang pertama mereka miliki
Tapi kau juga yang pertama dituntut dewasa
Seberapa sering kau menangis
Mencari kesempatan untuk ditimang
Seberapa besar kau kesal
Karena perhatian mereka berpindah
Kau tetap anak pertama
Tak jarang kau cemburu
Ketika sayang itu dibagikan
Sekali lagi,
Karena kau anak pertama
Kau yang harusnya mengalah
Hai, anak pertama
Angkatlah kepalamu
Busungkanlah dadamu
Ikat hatimu erat
Aku tau itu berat
Melihat kau berdiri sendiri dengan kaki bergetar
Tapi ingatlah
Kau sudah sekuat itu hingga detik ini
Jika kau lelah
Pulanglah...
Datanglah ke pelukan Ibunda
Tapi jangan engkau ceritakan
Betapa kau sangat takut dan ingin menyerah dengan dunia
Jangan...
Jika kau lakukan
Kau hanya meruntuhkan
Dia yang 9 bulan lamanya mengandungmu
Dia yang selama 2 tahun berbagi sari pati hidupnya
Dan dia yang selamanya akan menjadi yang pertama
Mempersilahkan kau untuk bersandar ketika kau kalah
Anak pertama
Kembalilah dengan do'anya
Sabtu, 23 Juli 2022
Rabu, 29 Juni 2022
Luka
Telah kunyatakan semua, sebelum akhirnya terbangun
Bukan kematian
Menggambarkan kesengsaraan, ternyata hanya luka
Aku takut bukan kematian yang menghampiri
Tapi sakit yang tak kunjung hilang
Lukamu yang melukaiku
Lebih dari sakit yang kau rasa saat itu
Kata-kata yang menghempaskanku
Mengobati siksa trauma sepanjang hidupmu
Tapi kau tak pernah menyadari lukamu itu
Goresan luka yang kau lukis
Belum kuhapus, hingga kini
Warna deritanya masih sama
Meski dibasuh, dengan iming-iming duniawi
Terus melekat, akan terbawa sampai penghujung dentum nadi
Suara luka itu menghantui kala sendiri
Membisikkan cerita sendu tak berakhir
Melengkingkan sumpah serapah tanpa empati
Mengisahkan cita dengan kelam
Membenamkan harapan meski dia berteriak lantang
Luka ini benar-benar menggilaiku
Walau berkali sudah kudamparkan pada rasa sabar
Makin kutinggalkan, makin ia mengejar
Terus menggerogoti asa
Adakah dia mengerti, menangis adalah hal yang tak ku senangi?
Bekas luka yang menghidupiku
Bertahan walau perih sembilu
Dipaksa melewati lautan pilu
Mencari di mana tenggelamnya diri
Ternyata ia sudah lama mati
Hai...
Kamu yang sedang mengiba rasa
Walau mulutmu tertutup
Matamu menceritakan segala kisah
Sembab tawa yang kau pasang
Mengisahkan
(Juni, 2022)
Rabu, 01 Juni 2022
Kembali dari awal
Kamis, 12 Mei 2022
Menimbang Cinta
dokumen pribadi |
Judul buku: Menimbang Cinta
Penulis: Abunnada
Penerbit: Pustaka Sawo Kecik
Cetakan Pertama: 2021
Cinta itu... Memberi energi.
Membuat apa saja menjadi terasa lebih ringan dijalani.
Mulai dari urusan ibadah, kerja, hingga soal rumah tangga suami istri.
Cinta membuat seorang hamba lebih menikmati saat-saat munajat dengan Rabbnya.
Membuat seorang hamba lebih mudah berbaik sangka pada setiap ketetapan-Nya.
Terutama terhadap takdir yang terasa menyesakkan dada.
Cinta membuat kita lebih mudah memberi makna.
Membuat sebuah peristiwa biasa menjadi terasa berharga.
Membuat usapan ibu, hingga nafkah suami yang tak seberapa, menjadi terasa indah bagi jiwa.
Ketika cinta tiada, ia menyisakan kekosongan dan ruang hampa.
Ibadah menjadi sekadar rutinitas belaka.
Rumah tangga menjadi ajang saling menuntut pasangannya.
Hidup terasa hambar rasanya.
Cinta itu semangatnya memberi.
Ketika kita menapaki jalan cinta seperti ini, niscaya hak masing-masing akan terpenuhi.
Sungguh, Allah begitu sayang pada hamba-Nya.
Allah letakkan benih cinta dan bahagia dalam jiwa.
Allah tidak letakkan pada benda-benda.
Maka, untuk merasakan indahnya cinta dan nikmatnya bahagia, seseorang tidak disyaratkan harus kaya.
Cukup perbesar syukur dan turunkan syarat bahagia.
Niscaya akan lebih mudah bagi kita menghirup wangi aroma bunga-bunga cinta dalam dada.
Senin, 04 April 2022
Maaf Tuhan
dokumen pribadi |
Judul buku: Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah
Penulis: Alfialghazi
Penerbit: Sahima
Cetakan Kesembilan, 2021
Di bawah guyuran hujan, kau berjalan menapaki langkah-langkah yang kini sudah mulai tak pasti, di antara riuhnya manusia, kau bahkan merasakan sepi.
Yang kali ini benar-benar berat, bukan?
Kau seperti sebuah mobil kecil yang tergilas truk besar, bukan hanya kehilangan keseimbangan, tapi seketika hancur berkeping-keping, hingga membuatmu berpikir bahwa ini adalah akhir, sebab yang terlihat di hadapan mata hanyalah jalan buntu. Kali ini, kau benar-benar merasa jatuh sejatuh-jatuhnya.
Hidup seolah tak lagi memberimu pilihan, terasa begitu sakit dan sangat menyesakkan.
Bahkan, air mata tak lagi mampu mewakili dalamnya luka. Senyum terenggut, kebahagiaan lenyap seketika.
Helaan napas panjangmu adalah pertanda bahwa kau sudah begitu lelah, bahkan jika boleh, kau ingin sekali menyerah, tapi kautahu bahwa menyerah juga bukan solusi.
"Allah," ucapmu pelan.
Lantas, kauingat kembali pesan-pesan cinta dari-Nya yang selama ini sudah mulai terlupakan, pesan cinta yang selalu bisa menggetarkan hati manusia, menguatkan langkah, dan menjauhkan gelisah.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286).
"... Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87).
Terus-menerus kauulang ayat-ayat penopang lelah, pengobat rasa sakit, penguat jiwa, sungguh benar bahwa Allah telah memberikan petunjuk berupa Al-Qur'an yang padanya manusia tak akan menemukan kesesatan, yang padanya Allah titipkan obat dari segala penyakit.
"Maaf Tuhan, aku hampir menyerah," bisikmu lirih sambil menyeka air mata.
...
Sabtu, 02 April 2022
Ramadhan Kembali - Justice Voice
dokumen pribadi |
Artist: Justice Voice
Album: baru gede!
Year: 2001
Label: UB Records, Justice Voice Production
Format: Kaset pita
...
Ramadhan....ramadhan....ramadhan....
Bulan suci yang dinantikan kini telah tiba
Ramadhan kembali hadir dengan rahmat-Nya
Rindu hati terasa menanti bulan nan indah
Yang berhias amaliah indah dan ceria
Reff:
Ibu.... Bapak.... Ramadhan t'lah tiba....
Ayo kawan sambutlah ia....
Euceu....nyai....ramadhan tos dugi....
Teu karaos tos teupang deui....
Ramadhan....t'lah hadir kembali....
Senin, 28 Maret 2022
Merenungi Sebuah Pengembaraan
dokumen pribadi |
Judul Buku: Syekh Maulana Ishaq
Penulis: Wawan Susetya
Penerbit: DIVA Press
Cetakan Pertama
Februari 2011
...
Langit berwarna jingga kemerahan di ufuk barat. Semburat pancaran cahaya matahari yang tak lama lagi akan tenggelam di balik pegunungan nun jauh di sana, yang sebagian cahayanya menatap mega dan mendung-mendung.
Keindahan cahaya matahari pada sore hari seperti itu, terutama ketika akan terbenam, disadari atau tidak akan membawa pada suasana perenungan spiritual yang amat mendalam. Siapa pun orangnya, apa pun agamanya, dari mana pun asal negaranya, apa pun suku bangsanya, apa pun warna kulitnya, apa pun bahasanya, bagaimanapun keadaan kelas ekonominya dan seterusnya, jika melihat keindahan sang mentari pada sore hari dengan keadaan hati yang jujur, tentu akan menyadari bahwa keindahan itu berasal dari Tuhan Yang Maha Indah. Tak bisa disangkal bahwa kekuasaan Tuhan meliputi segala sesuatu, termasuk menciptakan suasana keindahan pemandangan pada sore hari seperti itu.
Meski manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia sehingga Sang Khalilullah Ibrahim As. pernah menyatakan bahwa dirinya manusia yang paling besar—sehingga merasa lebih besar dari pada patung-patung atau berhala-berhala yang dijadikan sesembahan di zaman kepemimpinan Raja Namrud—namun begitu melihat kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, tentu hati menjadi ciut karenanya.
Kesombongan adalah kebodohan yang tak terkira, sedang manusia diciptakan dari air hina dan hanya menguasai ilmu bagaikan sepercik air yang terjatuh dari paruh seekor burung yang hendak mengambil air minum di samudra, padahal seluruh air samudra yang luas itu ibarat ilmu kekuasaan Tuhan.
———
Sang mentari telah benar-benar tenggelam di ufuk barat. Perlahan-lahan, benda bulat seperti tampah itu meninggalkan sore. Hari berubah menjadi malam. Suasana telah berubah. Cahaya matahari yang semula menerangi jagat telah sirna.
Syekh Maulana Ishaq masih merenungkan fenomena cahaya matahari lalu dikontekstualkan ke arena spiritual. Sedikit banyak, cahaya matahari memang memiliki kesamaan dengan cahaya hati orang telah makrifat kepada Allah. Substansi cahaya adalah menerangi. Kedua cahaya itu memiliki kesamaan dalam memberi penerangan
Jika matahari menerangi jagat raya pada siang hari, maka cahaya hati menerangi pemiliknya secara spiritual. Orang yang mendapatkan pencerahan hati mengisyaratkan ia telah menerima cahaya Allah sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Bedanya, jika matahari tenggelam pada sore hari, cahaya Allah tak pernah dapat ditenggelamkan. Ia akan senantiasa ada di hati orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya.
Berbicara mengenai cahaya matahari, rembulan, dan bintang, tiba-tiba dia teringat pada ujaran Syekh Ibnu Atha'illah asy-Syakandari dalam kitab al-Hikam yang mengkontekstualkan ke dalam arena spiritual dengan memberikan istilah matahari tauhid, bulan makrifat, dan bintang ilmu. Dalam hal ini, Syekh Ibmu Atha'illah mengaitkan bahwa cahaya matahari identik dengan ketauhidan, cahaya rembulan identik dengan kemakrifatan, sedang cahaya bintang identik dengan kedalaman ilmu agama.
Cahaya matahari identik dengan tauhid karena sangat terang dan kuat sehingga diidentikkan dengan perspektif tauhid, menomorsatukan Allah SWT. Cahaya rembulan identik dengan kemakrifatan lantaran memantulkan cahaya matahari kepada bumi. Rembulan hanya meminjam cahaya matahari lalu meneruskannya pada bumi. Begitu pula dengan manusia yang sebenarnya tidak memiliki cahaya tanpa memperoleh pancaran cahaya Tuhan.
Cahaya bintang identik dengan ilmu pengetahuan karena posisinya berada di langit sehingga orang yang berilmu menempati posisi yang terpuji di sisi Tuhan.
Sah-sah saja pengibaratan demikian karena akan mendatangkan manfaat bagi manusia. Meski demikian, hati seorang mukmin yang sempurna keimanan dan ketakwaannya serta telah menggapai makrifat yang sejati, lebih sempurna dari pada ketiganya.
...
Jumat, 11 Maret 2022
Lelah yang Terlelap
Untuk kau yang bekerja keras demi menghidupi keluarga
Untuk kau yang bekerja keras penuh peluh tanpa keluh
Untuk kau yang bekerja keras menahan ego tiap saat
Untuk kau yang bekerja keras menutupi rindu dengan doa
Waktu yang terpangkas
Keringat yang terperas
Badan yang terpampang tegap
Hati yang dipaksa tegar
Mungkin kau bertanya-tanya
Sampai kapan kau harus berusaha?
Dan selalu sama
Pertanyaan itu tak terjawab hingga kau terlelap
Tak apa istirahatlah
longgarkan bahu dan bersandar
Abaikan gunjingan dunia yang terkoar
Lepaskan tangguhmu sejenak
Yang sehat ya, sabar...
Masih ada hari esok yang patut diperjuangkan
Semua yg kau korbankan, semoga bernilai pahala dan berbalik kebaikan
Aamiin..
Cahayamalam
(Okt, 2021)
Jumat, 04 Maret 2022
Perjalanan
Kala itu di bus yang sama
Kita sama-sama masih semu, belum terbentuk oleh ilmu, pengalaman dan nilai kebajikan.
Ringan, ikut terbang jika ditiupkan gagasan
Mudah jatuh, karena belum mahir bermain di lika liku kehidupan
Karena itu, kita memutuskan melakukan perjalanan.
Kau dengan kacamatamu
Dan aku duduk di bangku
Beberapa detik saja melihatmu
Tak ada kesan,
Seperti halnya penumpang lainnya, kita hanya duduk di bis yang sama, dan jika sudah sampai pada tujuan, kita berpisah. Sudah tak ada lanjutannya
Mungkin setelah itu kita akan istirahat, atau melanjutkan perjalanan, bisa dengan orang yang berbeda, bus yang berbeda, atau arah yang berbeda.
Entahlah, akupun lupa pergi kemana saat itu, karena masih muda, bimbang menentukan arah.
Yang kita tahu, kita harus terus melakukan perjalanan. Terus seperti itu.
Kini, walau masih samar, pada akhirnya kita mulai menemukan, tujuan kita.
Ya...tujuan yang sama, yang mempersatukan kita.
Kini jadilah kita sepasang manusia yang berkelana.
Kita datang membawa ransel masing-masing
Di dalamnya ada kenyataan yang meleburkan logika kita.
Ternyata ibu kita berteman telah lama
Ayahku mengenal ayahmu
Kita pernah berada di sekolah yang sama.
Lucunya kita tidak saling tahu
Dan siapa yang tahu
Dua orang yang tidak saling tahu menahu, ini akhirnya bersatu.
(Menertawakan diri)
Rasanya seperti dipermainkan,
Kita dipermainkna Tuhan dalam alur yang indah.
kadang, aku menyayangkan, kenapa tidak sejak dulu kita bertemu?
Mungkin karena saat itu, isi ransel kita belum cukup.
Dan sampai saat ini, mungkin kita belum membuka sepenuhnya isi ransel yang kita bawa.
Ada masa lalu, kelemahan kelebihan, cerita luka suka, mimpi dan cita-cita, ambisi dan ketakutan.
Mungkin butuh waktu seumur hidup untuk mengetahui isi seluruhnya
kita terus belajar menerima isi ranselnya
Kita jaga yang berharga, dan bertahap, kita keluarkan yang merusak ranselnya
Agar langkah kita lebih ringan,
Dan mempermudah kita sampai tujuan.
Katanya suami istri itu seperti baju
Hah... Baju?
Mungkin maksudnya adalah "kesalingan"
Berusaha saling mencintai, saling mensupport, saling melayani, saling melindungi dll.
Dan jika pasangan ibarat baju, mungkin kau baju yang selalu aku inginkan, selalu aku ingin kenakan.
Kenapa?
Karena nyaman, pas, dan aku suka.
Kamu melindungiku dari terik panas, atau dinginnya malam.
Terima kasih ya...
Tapi aku ini, adalah wanita ceroboh
Kadang tidak berhati-hati memakainya.
Jikalau aku sampai menyakitimu, ada bidadari yang melaknat
Ini benar-benar bidadari surga ya yang protes
Tau kan bidadari surga?
Bagaiman rupa dan perangainya
Dan apalah aku ini?
Tersadar aku hanya manusia
Dan dia bidadari mengatakan jika,
aku dan kamu hanya berkumpul sementara, dan engkau akan kembali kepada mereka.
Aku terdiam, merasa kalah.
Sekali lagi, Lihatlah aku, hanya seorang ibu rumah tangga
Yang tiap hari berjibaku dengan asap dapur, tak ada yang dibanggakan.
Aku cemburu
Wajar kan?
Ibunda Aisyah radhiallahu'anha saja pernah cemburu
aku goyah dan bisa kuat di waktu yang sama
Karena cinta...
Seorang Buya Hamka saja, takut cintanya pada istri lebih besar dari cintanya kepada Allah
Atau seorang Habibi yang selalu merindukan Ainun sepeninggalnya...
Sekelas mereka...
Dan sekali lagi aku cuma manusia biasa.
Tapi aku mulai belajar
Bahwa kau adalah titipan Allah,
Kau teman yang disiapkan dalam perjalanan menuju surganya Allah
Dan aku mencoba menikmati setiap detiknya
Berjuang bersama, membesarkan anak-anak bersama, mungkin pergi haji bersama, meraih cita, sampai menghabiskan masa tua bersama.
Hingga nanti waktu kita habis, dan saatnya pulang.
Mungkin aku masih mengharap, menjadi bidadarimu kelak di surga.
Jikalaupun tidak, semoga kita berada di surga yang sama.
Cahayamalam
(Okt, 2021)
Senin, 28 Februari 2022
Kata-kata
Kurangkai kata-kata dalam selaman kosakata
Kulantunkan perlahan dengan terbata-bata
Masih ku-tadarus ت ,ب ,أ
Tak mengapa kau pandangiku sebelah mata
Menyusuri malam berkawan kalam dan qalam
Cahaya temaram cukup tuk mengusir seram
Bahwa keterbatasan tak membuat padam
Sepercik ilmu kan menerangi zaman yang kelam
Tak bermimpi ku jadi MC yang tersiar di radio
Tak ada rilis kaset ataupun pasang baliho
Hanya ingin berkarya meski tak punya PC dan studio
Kata-kata ini kutancapkan agar tak jatuh KO
"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala."
Sayyid Quthb
(Nov, 2021)
Rabu, 02 Februari 2022
Sehelai Uraian Cinta
Bismillah,
Ini hanyalah sehelai uraian cinta
Rasa syukur bahagia
Atas segala karunia
Dari Sang Pencipta
Hari demi hari silih berganti
Matahari dan bulan berirama menemani
Indahnya siang dan malam yang kita lalui
Jalan daki dan liku yang kita lewati
Deras badai menghempas kanan dan kiri
Takkan getir kuarungi karna kau ada di sisi
Menopang pundakku dari batu yang membebani
Dengan cintamu temani aku tuk kembali berlari
Lembaran baru t’lah kita mulai bersama
Menyulam asa, melangitkan do’a
Genggam tanganku yakinlah kita kan bisa
Berjalan bersama meraih segala cita
Walau ku hanya seorang manusia biasa
Yang lekat dengan lupa dan dosa
Maaf sering ku membuatmu kecewa
Percayalah, hanya kau yang aku cinta
Untukmu adindaku
Cilacap, 15 Juli 2020